Sekber dan Redamnya ‘Politik Lato-lato' Gerindra Vs PKB

Bagi mereka yang tak ingin Gerindra-PKB melangkah bersama, maka berupaya memainkan “politik lato-lato” dengan membenturkan satu sama lain

Sumber foto: Tim media Prabowo Subianto
Sumber foto: Tim media Prabowo Subianto

Jakarta - Sekretariat Bersama (Sekber) Partai Gerindra-Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) resmi dibentuk yang dihadiri langsung masing-masing ketum partai, yakni Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Pembentukan Sekber tersebut menjadi sinyal bahwa Gerindra-PKB semakin siap dan kompak untuk memanaskan mesin politik dalam menyongsong Pemilu 2024 mendatang. Ini sekaligus menjadi penanda bahwa Prabowo-Cak Imin semakin solid dan segera mengkonsolidasikan seluruh elemen ‘alutsista’ politik untuk menyeleraskan pandangan dalam mengusung agenda-agenda kerakyataan dan persatuan.

Dipilihnya Menteng, Jakarta Pusat, sebagai lokasi sekretariat bersama menjadi sinyal bahwa kedua parpol tersebut ingin betul-betul menjadikannya sebagai ruang koordinasi, silaturahmi, dan merumuskan langkah strategis dalam menyerap aspirasi rakyat untuk memenangkan Pemilu 2024 mendatang sebagaimana dinyatakan Prabowo. Keberadaan gedung Sekber Gerindra-PKB cukup strategis karena hanya berjarak sekitar 800 meter dari kantor KPU pusat.  Dari sisi waktu, dipillihnya Senin 23 Januari sebagai momentum dibentuknya Sekber tak lain karena memiliki makna religius, yakni bertepatan dengan 1 Rajab atau hari yang sakral, dan diharapkan membawa keberkahan menuju Ramadan sebagaimana disampaikan Cak Imin.

 Terbentuknya Sekber tersebut membuktikan bahwa koalisi Gerindra-PKB merepresentasikan kalangan nasionalis-religius. Diresmikannya Sekber Gerindra-PKB tersebut sekaligus membuktikan bahwa hubungan keduanya saling membutuhkan dan bukan relasi saling menegasikan satu sama lain. Jika konsolidasi Gerindra-PKB berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka sudah bisa dipastikan bakal menjadi ikon baru koalisi kelompok “nasionalis-religius” melampui parpol-parpol lain yang berpeluang besar memenangkan Pemilu 2024.

Sekber dan isu Gerindra-PKB retak

Konsensus Gerindra-PKB untuk membentuk Sekretariat Bersama tentunya tidak ujug-ujug nongol kepermukaan. Ini ditempuh melalui dinamika politik yang tak mudah, pelik, serta menghadapi berbagai narasi politik kelompok tertentu yang tak ingin relasi Gerindra-PKB harmonis. Misalnya, sejumlah pihak menganalisis koalisi Gerindra-PKB bakal berlangsung buntu, rentan pecah hingga sangkaan Prabowo-Cak Imin sulit duduk sama rasa dan sama rata lantaran hingga saat ini belum ada deklarasi capres-cawapres. Untungnya, di balik dinamika politik yang demikian, Gerindra-PKB tidak grusa-grusu merespons. Sebagian besar elite Gerindra dan PKB cukup dewasa menanggapi dinamika politik yang sedang berlangsung dengan tidak mencampuri urusan internal masing-masing partai. Sebaliknya, Gerindra-PKB membungkam segala tudingan miring secara konkret, yakni dengan membentuk Sekretariat Bersama Gerindra-PKB yang hingga saat ini belum dilakukan parpol lain.

Bagi mereka yang tak ingin Gerindra-PKB melangkah bersama, maka berupaya memainkan “politik lato-lato” dengan membenturkan satu sama lain untuk menghasilkan suara retakan dan perpecahan melalui politik adu domba. Elite Gerindra-PKB tentunya tengah mencermati kondisi ini sehingga menghentikan bunyi sumbang adu domba “politik lato-lato” tersebut dengan membentuk sekretariat bersama. Bagi Gerindra-PKB, menyamakan frekuensi dan politik tidak harus diawali dengan deklarasi capres-cawapres. Namun, yang jauh lebih adalah mematangkan konsolidasi internal dan mempererat silaturahmi dalam satu ruangan yang nyaman, daripada sekadar gaduh soal siapa capres dan cawapres yang akan diusung pada Pemilu 2024 mendatang.

Sekber jadi magnet parpol lain

Kekompakan Gerindra-PKB dengan membentuk sekber tersebut menandakan bakal ada warna baru dalam konstelasi politik nasional jelang Pemilu 2024. Koalisi Gerindra-PKB akan menjadi simbol kalangan nasionalis-religius dimana Gerindra menjadi representasi kelompok nasionalis, sementara PKB berangkat dari nilai-nilai religius. Kehadiran Sekber menjadi rumah baru pemersatu untuk mematangkan kerja sama dalam membangun kekuatan politik nasionalis-religius. Terbentuknya sekber tersebut merupakan langkah progresif Gerindra-PKB setelah melahirkan Piagam Deklarasi Koalisi untuk meyakinkan publik bahwa koalisi Gerindra-PKB merupakan saluran yang pas untuk memperjuangkan aspirasi rakyat.

Adapun hal yang menarik dari dinamika politik koalisi Gerindra-PKB adalah, hingga Sekber terbentuk kedua partai politik tersebut belum menentukan capres dan cawapres sehingga muncul asumsi sinis segelintir pihak, bahwa egoisme elite parpol Gerindra-PKB terlalu mendominasi sehingga sulit mencapai konsensus bersama. Namun jika ditilik lebih dalam, belum digaungkannya deklarasi capres-cawapres dari koalisi Gerindra-PKB karena merupakan bagian dari kecerdasan strategi politik Gerindra-PKB, yakni ingin memberikan ruang bagi parpol lain untuk bergabung  bersama barisan Gerindra-PKB. Sebaliknya, jika Gerindra-PKB kesusu mendeklarasikan figur capres dan cawapres, maka semakin mempersempit peluang bagi parpol lain untuk bergabung dan menjadi bagian dari penghuni Sekber Gerindra-PKB. Ini sejalan dengan apa yang disampaikan Prabowo saat meresmikan Sekber tersebut, bahwa kemungkinan bakal ada partai politik lain yang hendak menjadi bagian dari Koalisi Indonesia Raya.

 Alhasil, dengan diresmikannya Sekretariat Bersama Gerindra-PKB, maka secara tidak langsung akan meredam upaya pihak-pihak tertentu yang berupaya mengadu domba dan membentur-benturkan Prabowo vs Cak Imin melalui “politik lato-lato”. Peresmian Sekber tersebut sekaligus menunjukkan kepada rakyat bahwa kesamaan pandangan dan menyelaraskan program masing-masing merupakan prioritas utama mendahului perdebatan siapa cawapres dan cawapres. Sekber menjadi rumah baru bagi Gerindra-PKB untuk saling bergandengan dan bekerja sama menyambut tahun politik menuju 2024. Selain itu, Sekber menjadi alat dan sarana perjuangan Gerindra-PKB dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur, menjadi ruang pemersatu dua partai kekuatan besar nasionalis-religius, dan menjadi sarana bagi lahirnya konsensus-konsensus politik baru yang berorientasi pada kebangsaan, persartuan dan kemaslahatan umat (mayoritas dan minoritas).

Artikel Terkait